Langsung ke konten utama

Indonesia - Thailand Friendship and Cultural Exchange Program 2014

Indonesia - Thailand Friendship and Cultural Exchange Program (ITFCP) 2014 adalah program pertukaran pelajar Indonesia - Thailand. Fokus kegiatan ini adalah pada sektor budaya dan pendidikan, flash back awal mula pendaftaran sampai akhir mengikuti kegiatan ini.
Awal mula saya mengetahui informasi pendaftaran ITFCP 2014 dari sebuah grup di facebook yang memang berisi publikasi seputar conference dan schlarship. Namun tidak ada niat waktu itu untuk apply program ini, mengingat saat itu uang registrasi tidak selaras dengan uang saku saya, jadi cuma sepintas saya buka website nya dan saya tutup.

Sepulang kuliah iseng-iseng membuka grup yang saya ikuti itu lagi, dan iseng-iseng juga saya coba apply ITFCP 2014 dan pada saat itu sebenarnya sudah mendekati deadline. Dan beberapa minggu kemudian, nama saya I Kadek Andre Nuaba masuk ke dalam list kandidat untuk di interview, namun hanya sekedar ingin mengikuti prosedur pendaftaran dan berencana tidak akan berangkat. Cukup besar usaha untuk mengikuti seleksi interview karena koneksi pada saat wifi sendang buruk. Usaha menunggu pagi sampai sore hari sia-sia, karena belum mendapat giliran. Akhirnya saya putuskan untuk interview via telepon. Keesokan harinya pagi-pagi 08.00 saya langsung mencoba menghubungi nomor panitia, cukup banyak yang ditanyakan dalam sesi interview ini mulai dari perkenalan, kemampuan bahasa, kemampuan budaya dan terakhir mendapat tugas untuk membuat video menggunakan tiga bahasa dan kemampuan budaya. Dalam video tersebut saya coba menampilkan salah satu tari tradisional bali. Dengan usaha merekam, convert, adding, joining dan upload akhirnya usaha membuat video tersebut selsai dalam 4 jam. Setelah terkirim dan mention ke panitia melalui twitter. Beberapa hari kemudian, tiba saatnya pengumuman. Ternyata dan ternyata nama saya masuk dalam 50 peserta dari seluruh Indonesia, meskipun UGM pada saat itu lebih mendominasi, hal ini karena panitia penyelenggaran dari UGM "Tim Muda Menginspirasi".

Setelah sharing ke beberapa teman dan senior, mereka semua mendukung saya untuk ikut program ini. Akhirnya saya bulatkan tekad, saya harus berangkat ke Thailand. Mulai dari pembuatan proposal yang diajukan ke fakultas dan universitas meskipun tidak ada yang acc dengan alasan yang sedemikian rupa, meskipun sudah melalui birokrasi yang sangat ribet.
 Grand Place

Hampir putus asa, coba memasukkan proposal ke UNSECO Jakarta (karena ada kenalan yang bekerja disana), BI (awalnya mendapat respon positif namun lagi-lagi memohon maaf, dikaranekan anggaran dana yang terbatas) dan BCA (namun tida saya konfirmasi karena pada saat itu suda putus asa).
Diawali hanya dengan coba-coba sharing dengan salah satu teman di facebook yang berasal dari Bali, menceritakan latar belakang kegiatan tujuan dan feedback kepada budaya yang saya bawa. Dan ternyata beliau membantu saya dengan menceritakan cerita yang saya ceritakan kepada teman-teman beliau di rapat organisasinya. Sejak itu, ada beberapa SMS yang masuk ke handphone saya mengkonfirmasi transfer uang, mulai dari Rp 50.000 sampai dengan 500.000. 
SEMANGAT!!! benar-benar bangkit semangat saya ketika banyak yang menanyakan tujuan saya ke Thailand melalui via telepon, dan yang membuat saya speechless adalah ketika saya di telepon oleh raja Gitar Indonesia "Dewa Budjana" musisi papan atas yang menanyakan keberangkatan saya dengan, saat itu panggilan nomor baru, sedikit saya kutip percakapan saat itu: 

"Hallo, Om Swastyastu" ungkap saya mengawali panggilan
"Swastyastu, ini Benar I Kadek Andre Nuaba yang ada kegiatan pertukaran budaya di Thailand?"
"Ya benar,...." Belum selesai saya menjawab
"Begini saya sedang berada di India, saat ini berapa dana yang Kadek butuhkan?"
"Kurang lebih sekitar 7juta rupiah jik"
"Jadi udah ada berap sekarang uang yang terkumpul?"
"Sampai saat ini ya sekita 2 juta jik"
"Begini, nanti saya bantu untuk semua kekurangannya, tapi saya akan transfer setelah saya pulang dari India"
"Oh benar jik, astungkare... terimakasih banyak jik"
"Ya sudah, nanti saya hubungi lagi, om swastyastu"
"oh nggih jik sukseme, swastyastu"

Wow!! hening saya hampir beberapa menit, kaget bahagia, terharu tercampur menjadi satu sehingga saya tidak bisa berkata-kata. Akhirnya saya berangkat, puji syukur tak henti-hentinya mengucap syukur. Ternyata, saat itulah mulai rejeki terbuka. Proposal yang saya sempat kirim ke salah satu media cetak dan organsiasi Hindu ternyata cair masing-masing Rp 1.000.000 dan Rp 2.000.000 dan masih ada beberapa organisasi dan individu yang membantu saya secara personal, ini kejutan luarbiasa lagi. Dan saya rasa pada saat itu sudah cukup dana saya, jadi saya stop untuk mengirimkan proposal ke beberapa instansi.
 Madame Tusaund
.....
Tiba saatnya saya berangkat ke Yogya untuk mengikuti Opening Ceremony di UGM, dengan ticket pesawat yang sudah saya booking saya menginap di saudara sepupu yang sedang kuliah di Yogya, namun berhubung kondisi kurang baik, saya akhirnya izin untuk tidak mengikuti Opening Ceremony dan keesokan harinya saya berangkat ke stasiun yang tidak jauh dari kosan saudara saya, bertemu dengan panitia dan peserta yang lain mengawali perjalanan dengan kereta menuju Jakarta sebelum berangkat dengan Air Aisa menuju Thailand. Tiba saatnya di untuk berangkat ke Thailand, yang saat itu kami semua dikejar-kejar waktu karena terlalu lama menghabiskan waktu ketika check-in. Pengalaman pertama menumpangi pesawat, ketika 1jam perjalanan ternyata ada kerusakan pada pesawat sehingga kami harus kembali ke Soekarno Hatta untuk membetulkan pesawat. Akibat kondisi mengantuk, saya tertidur lelap dan ketika bangun sudah akan mendarat di Bangkok.
"Welcome Bangkok!!" Akhirnya tiba di Bangkok, disugguhkan dengan makan siang di salah satu restoran muslim di Bangkok, pesan pertama yang saya dapatkan adalah "Bangkok tidak beda jauh dengan Jakarta" sama-sama macet (bahkan lebih padat), panas, cukup gersang namun Bangkok lebih tertib dibandingkan Jakarta.
......

 Watt Arun

Tidak banyak cerita yang dapat saya tulis pengalaman di Bangkok, karena cerita ini hampir satu tahun setelahnya saya buat. Jadi banyak momen yang terlupakan. Kegiatan di Bangkok kami isi dengan belajar kondisi poliik-ekonomi Bangkok di Chulalongkorn University, belajar mengenai MEA 2015 di KBRI Bangkok, belajar Bahasa Bangkok dengan delegasi mahasiswa Thailand, culture perform di KBRI sampai dengan kunjungan wisata ke Grand Place, Wat Arun, Asia Tique, China Town, Pasar tradisional Bangkok, Madam Tussaud, dan masih banyak tempat lainnya.
Sungguh tidak menyesal bekerja keras mendapatkan dana, banyak pelajaran dan pengalaman luar biasa di Bangkok. Indahnya bangkok membuat saya ingin kembali lagi,

Seperti keluarga baru bersanda gurau, berdiskusi, dan melakukan aktivitas bersama sungguh menyenagkan. namun sedihnya adalah ketika waktu berpisah, karena tiada yang tahu kapan waktu akan mempertemukan lagi. Saat itu, tidak ingat jam berapa namun siang menjelang sore kami berpisah di bandara ibukota Bangkok dengan pada delegasi Bangkok. Dan juga satu persatu dari kami mulai berpisah mencari penjuru sendiri-sendiri untuk menuju pulang ke kampung halaman di Soekarno Hatta.

 Culture Perform, KBRI Bangkok
........
Mungkin kisah ini lebih menonjolkan perjalanan saya untuk mendapatkan dana, karena ini saya harapkan bisa menjadi pesan dan motivasi teman-teman para pecinta Youth Programme yang tidak mapan dalam finansial.
Jangan menyerah, tetap berusaha karena besar usaha yang kita lakukan maka besar juga hasil yang kita dapatkan. Hasil tidak akan menghianati usaha yang kita lakukan.

Salam

Komentar

  1. Hai Kak Kadek,

    Ada email yang bisa dihubungi? Aku mau sharing nih, kebetulan aku dapet kesempatan juga ke indo-thai friendship 2018 nih.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melahirkan Pemimpin Yang memiliki Kualitas dan Integritas Yang Tinggi Melalui Kaderisasi Dalam Kampus

Oleh: I Kadek Andre Nuaba (Esay Competition) Pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan atau proses mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan / tujuan-tujuan tertentu [1] . Untuk menjadi seorang pemimpin, tentu harus memiliki karakter yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pengikutnya,   karena dalam hal ini pengikut sepenuhnya menyerahkan kepercayaannya kepada pemimpinnya untuk menentukan arah dalam mencapai tujuan. Pembentukan karakter seorang pemimpin dapat dilakukan dalam berbagai lembaga salah satunya yaitu; kampus. Kampus merupakan wadah atau sarana pusat pendidikan dengan taraf lebih tinggi dan sebagai salah satu center of intellectuality dapat dikatakan sebagai lumbung kaderisasi pemimpin masa depan bangsa.   Subjek dari kampus itu sendiri adalah mahasiswa . Mahasiswa merupakan kaum intelektual yang ma

Bukan Masalah Siapa Dia, Tapi Kualitasnya?

Menjadi seorang pemimpin untuk suatu kelompok tertentu layaknya seperti sekolompok burung bangau yang terbang bersama – sama. Mengapa? Jika diperhatikan, ketika sekawanan burung bangau akan membentuk sudut lancip ketika terbang bersama, yang berada di posisi depan adalah ketua dari kawanan tersebut, tidak ada seekor bangau pun yang keluar dari barisan. Ini adalah ilustrasi bagi sebuah perkumpulan orang – orang cerdas. Dimana intelektual bukan menjadi ego untuk menonjolkan diri tanpa melihat kedalam sejauh apa saya jika dibandingkan dengan yang lain dan juga bagaimana seorang pemimpin mampu memberikan sekat yang tepat agar mereka yang di pimpin tetap berada pada posisi yang tepat. Kata – kata kritis diatas hanya akan menjadi pengantar tulisan ini saja, hanya sekedar untuk menghangatkan otak kita untuk berfikir lebih cerdas tentang pemimpin. Tahun 2014 menjadi tahun regenerasi bagi satu – satunya organisasi mahasiswa Hindu di Sumatera Selatan yang biasa disebut dengan P

Tidak Selamanya Masalah adalah Masalah

  Starbuck Pondok Bambu, 11 Januari 2020 Hidup sebagai makluk sosial sudah menjadi resikonya akan berhadapan dengan lingkungan yang mungkin tidak sesuai dengan perspektif atau harapan. Banyak orang memilih untuk mengeluh dan menyerah dengan keadaan yang dihadapi. Namun, sejatinya selalu ada nilai  (value)  dalam setiap kejadian dan peristiwa yang kita alami dalam hidup. Tidak jauh membawa diri dalam lingkungan yang luas, hidup dalam keluarga bersama orang tua, atau dengan kakak dan adik yang sudah kita kenal sejak lahir pun ada saatnya akan dihadapkan pada sebuah masalah dan perselisihan. Sehingga memilih untuk hidup berdampingan dengan khalayak umum sudah pasti harus siap dengan resiko konflik atau masalah. Mendesksripsikan masalah pun beragam, mulai dare pemikiran yang berbeda, pilihan yang berbeda, hingga selera yang berbeda.   Sepele! Namun perbedaan tersebut tidak bisa selamanya diterima oleh hati. Untuk itu, kita perlu mendalami apa sebenarnya makna dare masalah atau perbedaan. A