Menjadi
seorang pemimpin untuk suatu kelompok tertentu layaknya seperti
sekolompok burung bangau yang terbang bersama – sama. Mengapa? Jika
diperhatikan, ketika sekawanan burung bangau akan membentuk sudut lancip
ketika terbang bersama, yang berada di posisi depan adalah ketua dari
kawanan tersebut, tidak ada seekor bangau pun yang keluar dari barisan.
Ini adalah ilustrasi bagi sebuah perkumpulan orang – orang cerdas.
Dimana intelektual bukan menjadi ego untuk menonjolkan diri tanpa
melihat kedalam sejauh apa saya jika dibandingkan dengan yang lain dan
juga bagaimana seorang pemimpin mampu memberikan sekat yang tepat agar
mereka yang di pimpin tetap berada pada posisi yang tepat.
Kata
– kata kritis diatas hanya akan menjadi pengantar tulisan ini saja,
hanya sekedar untuk menghangatkan otak kita untuk berfikir lebih cerdas
tentang pemimpin. Tahun 2014 menjadi tahun regenerasi bagi satu –
satunya organisasi mahasiswa Hindu di Sumatera Selatan yang biasa
disebut dengan PD KMHDI Sum Sel. Dua kepengurusan sudah Putu Surya
Adnyana menjadi pempimpin organisasi ini, rasanya Sum Sel butuh pemimpin
yang baru untuk memberi goresan warna yang indah untuk eksistensi KMHDI
ke depannya. Kok tidak Putu Surya lagi? Pertanyaan
ini menjadi menggelitik ketika dikaitkan dengan visi dan misi KMHDI
yang menggunakan konsep kaderisasi untuk membentuk kader yang
berkualitas. Maka dari itu, besar harapan kaderisasi yang dilakukan di
Sum Sel selama ini membuahkan hasil. Selama ini sudah banyak hal yang
dibagun oleh kepengurusan Putu Surya, membangkitkan kembali PD KMHDI Sum
Sel dari belenggu ke vakuman selama beberapa tahun. Bukan perjuangan
yang cukup dengan tetesan keringat, tapi akan menguras pikiran, emosi
dan waktu yang tidak singkat. Sehingga jika kita hanya berbicara apa –
apa saja yang telah dilakukan Putu Surya dan kepengurusannya rasanya
akan membutuhkan ber rim-rim kertas untuk menuliskannya.
Secara
Kuantitas Sum Sel dapat dikatakan cukup berhasil untuk menjadikan KMHDI
sebagai wadah pemersatu mahasiswa Hindu, meskipun belum semua mahasiswa
Hindu di Sum Sel tertarik untuk menjadikan KMHDI sebagai wadah
kaderisasinya, setidaknya proses merangkul yang dilakukan Sum Sel belum
berhenti sampai disini.
Ketua, posisi
nomor satu di pengurusan KMHDI tingkat provinsi. Banyak kader mungkin
yang mengidamkan posisi ini tapi ada beberapa yang enggan untuk melirik
kedudukan tersebut. Banyak kader maka banyak pola pikir dan banyak
keinginan.
Banyak
proses yang dilakukan untuk mendapatkan seorang ketua, baik dari
pemilihan bakal calon, mufakat, pemungutan suara dan perosedur –
prosedur yang ada dalam aturan organisasi. Tidak susah untuk mendapatkan
siapa ketua dari PD KMHDI Sum Sel, kader Sum Sel yang bisa di bilang
cukup banyak dan karakteristik yang berbeda – beda. Tentu itu bukan hal
yang sulit jika ketua hanya main comot. Tentu
tidak seperti itu, prosedur untuk mendapatkan seorang ketua bertujuan
untuk mendapatkan sosok yang memiliki kualitas, loyalitas, mampu
mengarahkan kader untuk tetap pada posisi barisan layaknya ilustrasi di
pada paragraf pertama.
Lantas, kualitas apa yan di cari dan seperti apa? Ideologi adalah sebagai landasan organisasi, tidak muluk – muluk dan
keujung dunia untuk mencari makna berkualitas. Setidaknya ia yang
berkarakter seperti Jati Diri KMHDI, menampakkan jiwa yang sesuai dengan
Nilai – Nilai Fundamental KMHDI dan memiliki Pokok – Pokok Pemikiran
Kenegaraan KMHDI atau kriteria positif yang lainnya. Bukan berarti, Sum
Sel tidak memiliki kader yang setidaknya mendekati kriteria di atas,
namun perfect is diifficult to gotten (begitu
kata orang). Karena ketika bicara kuantitas bisa saja kita kebanjiran
kader, namun untuk kualitas tidak semua dari mereka mampu berdiri tegak
untuk dapat dikategorikan sebagi pemimpin yang berkualitas.
“Ketika
kita makan, bukan kenyang yang kita nikmati namun proses mengunyah dan
menelan makanan itu menjadi hal luarbiasa nikmat. Begitupula dengan
kaderisasi, bukan siapa dan jadi apa saya saat ini, namun proses dan
tempaan yang membuat ukuran seberapa kualitas Anda”
Komentar
Posting Komentar